Penulis berkesempatan berkunjung ke Brunei Darussalam beberapa kali dan dalam satu kesempatan ada yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Negara ini merupakan negara dengan populasi kurang dari 500.000 jiwa pada sensus penduduk tahun 2016 dengan kepadatan rata-rata penduduk 73 orang saja dalam satu kilometer persegi. Bisa dibayangkan dengan membandingkan dengan populasi Jakarta dengan rata-rata kepadatan 1.500 orang dalam satu kilometer persegi.
Bagaimana, dengan perbandingan tersebut tentu populasinya tidak ada apa-apa dibanding Jakarta.
Sampai saat ini, Brunei Darussalam membebaskan visa turis untuk warga indonesia selama 30 hari untuk sekali kunjungan jika masuk melalui Bandara International Brunei Darussalam (IATA: BWN). Jika masuk melalui perbatasan darat dan laut, pemegang paspor Indonesia hanya mendapatkan masa tinggal selama 14 hari. Jadi, perlu disesuaikan dengan pembelian tiket jika masuk melalui perbatasan darat dari Malaysia Timur.
Dibukanya rute baru Airasia Jakarta ke Brunei awal Agustus lalu semakin membuat Jakarta dan Banda Seri Begawan semakin terhubung. Jika dulu hanya ada Royal Brunei untuk penerbangan langsung, saat ini sudah tersedia opsi low cost, terbang dengan AirAsia.
Pada saat immigration clearance masuk, baik dair jalur udara, laut dan darat penulis selalu ditanya tinggal dimana, berapa lama dan jumlah uang tunai yang dibawa. Mungkin ini adalah standar dari imigrasi setempat untuk memastikan keamanan dan ketertiban pengunjung.
Brunei menggunakan mata uang Dolar Brunei (BND) yang nilainya sering mengikuti Dolar Singapura. Untuk rate hari ini, BND1.00 setara dengan IDR12.000.
Apa saja yang bisa kita lakukan di Bandar Seri Begawan untuk kunjungan wisata?
- City Tour Ke Ikon Bandar Seri Begawan
Dari Bandara BWN, yang memang tidak jauh dari pusat bandaraya atau pusat kota. Tapi tidak terlihat aktivitas turis yang signifikan seperti layaknya negara dengan aktivitas pariwisata yang lebih tinggi. Dari pengamatan penulis, tidak terlihat bus bandara atau layanan transportasi publik lain selain taksi. Ride Hailing Apps seperti Grab atau Uber tidak tersedia di negara ini. Untuk transportasi online yang penulis coba adalah Dart App. konsepnya sama dengan ride hailing app. Namun, jumlah driver disini mungkin tidak terlalu banyak sehingga untuk mendapatkan driver pun lumayan lama.
Di Bandar Seri Begawan, kita bisa berkunjung ke masjid Sultan Omar Ali Saifuddin sebagai bangunan keagamaan sekaligus ikon Bandar Seri Begawan. Masjid ini selalu ramai pengunjung baik untuk ibadah maupun para turis yang hendak mengabadikan momen kunjungan.
- Menikmati Makanan Lokal
Tidak puas rasanya jika tidak mencoba sajian setempat, pembaca bisa mencoba Ambuyat, makanan yang terbuat dari sagu mirip dengan Papeda dari timur Indonesia. Tekstur nya yang solid dan lembut, biasanya diambil dengan menariknya dengan dia sumpit lalu digulung agar mendapatkan gumpalan diujung sumpit. Lalu dicelupkan ke kuah kari atau saus sambal. Makanan ini bisa didapat di restoran-restoran melayu Brunei.
- Wisata Keliling Kampung Air
Selain makanan, kita juga bisa menikmati warga brunei yang tinggal diatas perairan, namanya kampung Air. Kampung Muara atau Kampung Laut ini tak ubahnya perumahan warga biasa namun mereka membangunnya diatas garis air laut dipinggiran bibir pantai. Baik itu daerah laut maupun muara.
Gambar1. Salah satu bentuk bangunan di Kampung Air dengan Jetty
Untuk tujuan wisata, kita bisa ikut naik perahu motor yang akan membawa kita keliling Kampung Air. Di Kampung Muara ini, Satu kawasan ini dihubungkan dengan jembatan dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Bangunan kebanyakan terbuat dari kayu atau semi beton.
Di kawasan ini layaknya kampung sudah tersedia fasilitas lengkap. Ada klinik, sekolah, bangunan masjid area pasar dan lain sebagainya. Kita akan dibawa berkeliling dengan perahu motor dengan membayar sekitar BND10.00.
- Keunikan Brunei Darussalam
Pada kebanyakan toko-toko yang menyediakan jasa. Dari pengamatan penulis, pelanggan dan penyedia jasa akan selalu bersalaman setelah serah terima pembayaran. Misalnya saja, pembaca menggunakan jasa gunting rambut, setelah membayar akan bersalaman dulu dengan yang menyediakan jasa. Bukan hal yang besar, tapi budaya mereka terasa khas.
Selanjutnya yang penulis rasa unik, walaupun mempunya mata uang dolar, warga lokal masih menyebutnya dengan Ringgit, tepatnya Ringgit Brunei. Mungkin dulunya memang warga melayu disini berasal dari Malaysia Sabah dan membaur jadi Melayu Borneo.
Pada saat musim lebaran, satu bulan penuh dibulan syawal, warga Brunei akan sibuk Open house ataupun bertamu dimana kerabat mereka ataupun kemana saja ada undangan. Ini berlaku sebulan syawal penuh, bukan hanya seminggu lebaran pertama. Bahkan jika akhir bulan syawal jatuh pada hari jumat, maka sabtu minggu masih diperpanjang suasana lebaran walaupun sudah tidak bulan Syawal.
Begitulah kejadian didalam negara Brunei. Kotanya tidak terlalu padat sehingga tidak pernah melihat kemacetan lalu lintas disini. Jadi, tertarik berkunjung ke Negaranya Pangeran Muda, Pangeran Mateen?
Komentar
Posting Komentar
drop comment disini untuk mulai diskusi...